Mata Ayahku menjadi Motivasiku

Kisah ini bermula dari suatu sudut kota. Disitu ada seorang remaja, sebut saja namanya Jack. Di rumah,  Jack hanya hidup dengan ayahnya. Kakak-kakak Jack telah menikah dan tidak tinggal di rumahnya lagi.  Jack ialah seorang siswa kelas 2 SMU. Jack juga suka bermain sepak bola. Dia sangat menyukai olah raga itu. Jack cukup aktif di dalam klub sepak bola di kotanya. Jack memperoleh dukungan yang sangat kuat dari ayahnya akan hobinya tersebut.

Jack latihan sepak bola dengan timnya 5 kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti pada saat ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar sampai membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti.

Namun pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Jack meninggal dunia. Dengan menyesal Jack meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak dapat datang latihan hari ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga menyarankan Jack buat beristirahat sejenak. “Bila berhalangan, kamu tidak perlu memaksakan diri buat mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu.

Pertandingan grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan. Kesebelasan  Jack tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan 2-0 buat tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak ke dua.



Tiba-tiba Jack menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti baju, menggunakan sepatu, dan melaksanakan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru  Jack pada pelatihnya. Sesudah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Jack masuk ke tengah lapangan.

Hal yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Jack pada malam itu sangat cemerlang. Dia seperti tidak punya rasa lelah buat berlari, merebut, dan menendang bola di menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Jack.

Tidak diduga oleh rekannya, malam itu Jack berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah lompatan tersendiri buat prestasi Jack di timnya selama ini. Sebab selama ini Jack jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini. Akhirnya pertandingan selesai. Kesebelasan Jack menang dari tim lawan dengan skor 2-3.

“Ada apa kamu, Jack? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga. “Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya dapat menjadi seorang bintang sepak bola.” Ucap Jack sambil terengah-engah. “Tahukah pula, Pak. Kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton buat mengikuti setiap pertandingan saya, namun seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”
Jack melanjutkan lagi, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya bertanding, saya  mau menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk dilihat oleh dia.”

Asli : http://www.ceritainspirasi.net/